Friday, 26 September 2014

Begitu Besar Kasih Allah

BEGITU BESAR KASIH ALLAH
(Menangkap  "Daun-Daun Sabda" Yang Melayang-layang)

Bacaan Injil pada "Pesta Salib Suci"  (Minggu, 14 September 2014) ini berbunyi, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3: 16).
Jika kita berdoa jalan salib, seorang pemimpin berdoa, "Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu." Kemudian umat menjawab, "Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia." Karena cinta-Nya kepada manusia, Yesus rela mati bahkan mati di kayu salib.
Dalam permenungan ini, kita hendak mencoba merenungkan makna "Kasih Allah akan dunia."  Cinta Allah kepada dunia ini sungguh-sungguh merupakan  cinta yang  tak bersyarat seperti yang ditulis  oleh John Powell (1925 – 2009), "Unconditional love".  Ia berkorban agar manusia selamat.  Pengorbanan  Kistus kepada kita itu  dapat kita lihat dalam pengorbanan dalam diri burung  pelican (pelecanus). Burung pelikan itu, jika melihat anak-anaknya kelaparan, ia akan terbang mencari makanan sampai mendapatkannya. Jika pada hari itu ia tidak  menemukannya, ia akan mencucukkan paruhnya pada temboloknya dan diberikannya kepada anak-anaknya untuk "sarapan."  Tidak heranlah jika dalam legenda, burung itu memiliki tembolok yang bercak-bercak merah karena mengeluarkan darah. Burung ini juga sebagai lambang pengorbanan sejak abad pertengahan, "Pelikan yang kudus, Yesus Tuhanku "  (Bdk. The Pelican in Christian art is symbol of charity and symbol of The Holy Eucharist).
          Begitu besar keprihatinan Allah kepada kita supaya "tidak binasa" dalam  Jerusalem Bible  ditulis, "not be lost."  Hilang atau  tersesat atau   binasa merupakan pengalaman yang mengerikan bagi umat manusia. Sebagai manusia kita berhadap "ditemukan kembali" seperti dikisahkan oleh Lukas, "Siapa di antara kamu yang memunyai seratus ekor domba dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang tersesat itu sampai ia menemukannya?" (Luk 15: 4). Sang gembala berusaha mencari domba itu, "sampai ia menemukannya."  Betapa berharganya pribadi  kita di mata Tuhan.
          Atau  kita boleh merenungkan pengalaman iman John  Newton (1725 – 1807) yang menulis lagu dengan judul, "Amazing Grace." Liriknya,
"Amazing grace, how sweet the sound
That save a wretch like me
I once was lost but now am found
Was blind but now I see.
Dari syair di atas kita menyadari bahwa  pengalaman "kejatuhan" atau  ketersesatan kita – yang pada akhirnya –  ditemukan kembali merupakan pengalaman penuh rahmat yang mengagumkan. Inilah yang dalam pengalaman iman disebut sebagai "metanoia" – pertobatan.
 
Jumat, 12 September 2014  Markus  Marlon

Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

No comments: