Friday, 17 July 2015

Minggu Biasa XVI B

Injil Minggu Biasa XVI tahun B ini. Mrk 6:30-34
 
SEJENAK KE TEMPAT SUNYI
 
 
Kedua belas murid yang diutus dua berdua ke pelbagai tempat untuk  menyiapkan kedatangan Yesus kini kembali berkumpul dengan dia. Injil  jelas-jelas menyebut mereka “rasul”, artinya orang yang diutus. Dalam  pengutusan itu mereka dibekali kuasa atas roh jahat sehingga orang-orang  yang mereka datangi dapat mulai mengenal siapa yang mengutus. Orang yang  luar biasa. Dan ia bakal datang sendiri ke tempat kami! Tak mengherankan  banyak yang tak sabar menunggu. Ada yang mengikuti para rasul yang  kembali menemui sang Guru. Orang-orang itu ingin segera melihat sendiri  siapa dia yang dikabarkan para utusannya. Itulah suasana yang melatari  Mrk 6:30-34 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI tahun B ini. Para  pendengar di zaman ini boleh mencoba memasuki suasana batin itu dengan  ikut merasa-rasakannya.

KESADARANYANG BERTUMBUH

Terasa betapa besarnya semangat para utusan yang kembali tadi. Kiranya  mereka berhasil dan diterima di mana-mana. Mereka merasa bisa leluasa  berbicara mengenai siapa Yesus yang bakal datang ke tempat itu. Tidak  dirincikan apa yang mereka sampaikan. Tetapi boleh kita simpulkan dari  sebuah peristiwa lain yang dicatat dalam Mrk 8:27-30. Di Kaisarea  Filipi, dalam perjalanan berkeliling dari tempat ke tempat, Yesus  menanyai para murid apa kata orang mengenai siapa dia itu. Ada pelbagai  pendapat: Yohanes Pembaptis, Elia, atau seorang nabi. Begitulah  pengertian orang banyak sebelum mendengar pewartaan para rasul. Kemudian  Yesus pun menanyai murid-muridnya siapakahdia itu menurut mereka  sendiri. Mewakili para murid, dalam Mrk 8:29 Petrus menyatakan bahwa  Yesus adalah Mesias. Inilah keyakinan mereka. Dan tentunya keyakinan  inilah yang mereka sampaikan kepada orang banyak. Tetapi ada masalah. Bagaimana dengan larangan keras Yesus agar jangan memberitahukan tentang  dia kepada siapa pun pada akhir peristiwa itu (Mrk 8:20)?Memangi Yesus  tidak menyangkal kemesiasan yang diyakini para murid tadi. Yang tidak  dimauinya ialah mengobral sebutan Mesias begitu saja dengan akibat mudah  disangkut-pautkan dengan gerakan mesianisme politik waktu itu. Dari peristiwa ini dapat diperkirakan bahwa yang diberitakan para utusan tadi  ialah kemesiasan Yesus yang sejati. Itulah yang mereka sampaikan dalam  ujud ajakan agar orang berpikiran luas (“bertobat”) dan menjadi manusia  utuh (tidak dikuasai “setan” dan “penyakit”) seperti tertulis dalam Mrk  6:12-13. Dengan keyakinan ini, para rasul sendiri juga semakin menyadari siapa Yesus itu. Inilah kiranya yang sekarang dibicarakan para rasul di  hadapan sang Guru. Sementara itu orang banyak juga berdatangan mengerumuni para rasul yang  sedang berkumpul kembali dengan Yesus. Orang-orang pergi datang menemui  murid-murid dan guru mereka sehingga makan pun mereka tak sempat (Mrk  6:31). Catatan ringkas Markus itu menunjukkan betapa besarnya harapan  orang-orang itu. (Makin terasa bedanya dengan orang-orang yang
mempertanyakan wibawa Yesus dalam Mrk 3:20-30.). Di sana, di sebuah  rumah, Yesus kini dikerumuni orang banyak. Markus menambahkan bahwa  “makan pun mereka tidak dapat” karena tidak mau kehilangan kesempatan  mendekat kepadanya. Tapi di tempat seperti ini, ironinya, sanak dekat  Yesus sendiri menganggapnya “tidak waras lagi”, dan ahli-ahli Taurat mengatakan Yesus “kerasukan Beelzebub”, nama iblis yang amat ditakuti.  Tetapi kini
dalam Mrk 6:30-34 komentar-komentar sumbang seperti itu tidak  lagi terdengar. Orang-orang yang berdatangan mengikuti para rasul  menemui Yesus itu penuh antusiasme dan harapan.

MENDALAMI PENGALAMAN
 
 
Yesus mengajak para murid pergi ke tempat yang terpencil, Yunaninya  “erēmos”, untuk sejenak beristirahat. Mereka pun berkayuh ke seberang  danau. Dalam bahasa Yunani, kata yang ini dipakai untuk menyebut tempat  sunyi dan juga bagi padang gurun. Tetapi tempat sepi kali ini ialah  perahu, tempat mereka berada hanya dengan guru mereka. Yesus mengajak murid-murid untuk menyepi seperti dia sendiri dulu di  padang gurun. Dulu di padang gurun Yesus semakin menyadari pernyataan  dari surga bahwa ia anak terkasih dan kepadanya Allah berkenan (Mrk  1:11-12). Para rasul baru saja mengalami keberhasilan dalam berwarta dan  menyembuhkan orang dari kuasa roh jahat dengan kuasa yang dibekalkan  Yesus. Mereka perlu mengendapkan pengalaman ini. Bila tidak, mereka  nanti bisa jatuh dalam tindakan pengusiran setan dan penumpangan tangan  serta macam-macam talk show dan tidak lagi melihat inti pelayanan yang
sebenarnya. Mereka mulai mengalami bagaimana memakai bekal kuasa atas  roh jahat. Perkara yang tidak bisa dilakukan dengan asal saja. Begitulah  setapak demi setapak mereka  iikutsertakan dalam pelayanan Yesus kepada  orang-orang sezamannya. Di tangan orang yang keyakinannya kurang lurus  dan mendalam, kuasa seperti itu malah bisa disalahgunakan untuk menunjukkan kebesaran diri, bukan menyiapkan kedatangan sang Guru. lebih  parah lagi, yang mau memakainya secara asal-asalan bisa celaka.  Diceritakan dalam Kis 19:13-20 nasib ketujuh anak Skewa yang mau  mengusir setan atas nama Yesus. Tapi orang yang kerasukan di Efesus itu  malah menertawakan, lalu menubruk ketujuh dukun mogol itu dan menindih  mereka sambil menghajar sampai mereka babak belur dan lari  terbirit-birit telanjang.Kita tidak mendengar seluk beluk yang terjadi selama para rasul berlayar  bersama Yesus. Boleh jadi sang Guru memberi petunjuk-petunjuk. Boleh  jadi mereka bertanya mengenai macam-macam roh. Bisa jadi tak banyak yang  diperkatakan. Tetapi mereka akan teringat pengalaman pernah ketakutan di  perahu yang diombang-ambingkan angin ribut dan amukan ombak. Ketika itu  Yesus tetap bisa tidur enak. Mereka juga menyaksikan bagaimana Yesus  menghardik diam gelombang dan badai. Masih terngiang kata-kata Yesus:  “Mengapa kamu begitu takut?  engapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40).  Kini, juga di perahu, dalam suasana tenang mereka akan mengingat kembali  kejadian tadi. Betapa jauhnya ketakutan tadi, betapa jauhnya  ketakpercayaan tadi. Kuasa hebat itu juga sudah bisa dibekalkan kepada  kami. Dan bisa kami pakai menolong orang. Dan tentunya ada banyak hal  lagi yang terkilas dalam benak mereka dan mereka endapkan di saat-saat  hening bersama sang Guru ini.
 

DINAMIKA DI TEPIDANAU__

Orang banyak yang tadi berkerumun sempat melihat Yesus dan  murid-muridnya naik perahu menjauh. Orang-orang itu tahu ke mana Yesus  dan para murid pergi dan mendahuluinya lewat jalan darat. Tentunya  perahu berhenti di tengah danau dan di situ para murid diajak sang Guru mendalami pengalaman batin. Karena itu orang-orang yang mengikuti lewat  jalan darat lebih dahulu sampai. Mereka menunggu Yesus dan  murid-muridnya. Ketika turun dari perahu dan melihat orang banyak sudah  di sana maka Yesus tergerak hatinya melihat mereka seperti domba yang  tidak ada gembalanya. Yesus pun mengajarkan banyak hal kepada mereka.  Tersirat kritik kenabian dari pihak Yesus. Para pemimpin masyarakat  Yahudi membiarkan orang banyak tak terurus.

Apa kiranya “banyak hal” yang disebut Markus diajarkan Yesus kepada  orang-orang itu (Mrk 6:34)? Injil Matius tidak menyebutkannya. Boleh  jadi Matius mengandaikan pembacanya sudah tahu. Tetapi dari Injil Lukas  dapat sedikit didengar apa yang dimaksud Markus dengan “banyak hal” itu.  Dalam Luk 9:11 disebutkan Yesus menerima orang banyak yang sudah  menantikan di luar tempat ia berada dan “berkata-kata kepada mereka  tentang Kerajaan Allah”. Dan kiranya banyak hal yang diajarkan kepada  orang-orang tadi ialah mengenai Kerajaan Allah.. Mereka seperti domba  tanpa gembala. Kini gembala yang mereka temukan ialah yang membawa  mereka ke dalam Kerajaan Allah. Dan hari itu banyaklah yang mereka  peroleh dari pengajaran dari Yesus. Mereka mendapat makanan batin. Dan  sebentar lagi mereka akan mendapat makanan berlimpah juga.Kumpulan orang tidak akan bergerak bila tidak digerakkan. Cukup bila ada  orang yang berinisiatif dan yang lain-lain akan ikut. Bisa dilihat dalam  tiap kerumunan. Dan biasanya terjadi bila ditargetkan ke satu hal.  Misalnya arena tontonan pemusik rock, pertokoan dan rumah yang dijarah  dalam amuk masa, atau seperti di sini, kelompok Yesus dan  murid-muridnya. Apa yang dapat kita simpulkan? Di antara orang yang  berduyun-duyun datang tadi pasti ada murid para rasul yang menyemangati  dan menggerakkan orang berjalan ke tepi lain danau mendahului Yesus dan  murid-muridnya. Para penggerak itu tidak disebutkan secara khusus.  Tetapi kehadiran mereka tak diragukan. Dan mereka itulah nanti yang akan  menghidupkan kelompok ini. Mereka inilah yang mendengar dan mencatat  “banyak hal” yang diajarkan Yesus.Bacaan dari Mrk 6:30-34 ini boleh jadi membuat kita ingin menjadi  tokoh-tokoh yang ada di sana. Tapi akan kurang realistis bila kita  tempatkan diri kita sebagai Yesus atau para rasul. Sebaiknya mereka ini  kita amat-amatikita dengarkan, kita coba kenali lebih dalam.Dan kitaakan belajar banyak dari mereka. Ada dua peran lain yang dapat diikuti, yakni  orang banyak yang antusias dan penuh harapan dan para penggerak mereka  yang tak disebut, tapi hadir dan bekerja di antara mereka. Banyak yang  dapat terjadi. Mereka saling menguatkan. Mengusahakan perbaikan. Membaca  keadaan dan menghadapi dengan kekuatan harapan dan kepercayaan. Dan
masih banyak lagi yang bakal muncul dalam kehidupan nyata. Dan semuanya  ini boleh terjadi di sana, di tempat ia sudah ditunggu.

Salam hangat,A. Gianto
 

No comments: