Thursday, 2 April 2015

Tri Hari Suci

                                                 Tri Hari Suci

                                             Albertus Sujoko MSC

Misteri tiga hari suci ini dituliskan dalam buku berjudul Teologi Tiga Hari oleh Teolog bernama Hans Urs von Balthasar.  Tetapi Tri Hari Suci dan Teologi Tiga Hari itu tidak persis sama. Yang dimaksud Tri Hari Suci dalam Gereja adalah Kamis Putih – Jumat Agung – Minggu Paskah. Sedangkan Teologi Tiga Hari merenungkan Jumat Agung – Sabtu Suci – Minggu Paskah (Kamis Putih tidak termasuk)

Pada hari Jumat Agung: Yesus dari Nazareth mati, wafat atau dibunuh. Mati untuk menunjukkan kesamaanya dengan semua orang sehingga Yesus juga mati. Wafat untuk menghaluskan bahasa dan ungkapan hormat karena Yesus adalah Putera Allah, sehingga dikatakan Ia wafat. Dibunuh adalah kenyataan yang sebenarnya. Yesus yang masih muda dan dalam keadaan yang sehat ditangkap, diadili secara sewenang-wenang dan dibunuh dengan cara disalibkan.

Apa makna Jumat Agung ketika Yesus mati – wafat – dibunuh? Yesus mati sebagai tanda bahwa Dia menemani manusia dalam keadaannya yang paling jauh terpisah dari Allah. Kita semua tidak perlu berdalih dan lebih baik mengakui dengan rendah hati bahwa manusia itu dalam pengalaman pribadinya lebih banyak kali merasa jauh dari Allah daripada dekat dengan-Nya. Secara teologis (dalam kacamata iman) dikatakan bahwa dosa telah membuat manusia tersesat atau hilang dari peredaran rahmat. Bisa diumpamakan manusia itu adalah domba yang hilang. Semua manusia di dunia ini bagaikan seekor domba hilang yang dicari oleh Yesus. Domba itu tersesat sampai di tebing-tebing jurang dan di tempat-tempat yang sulit dijangkau atau berada di lembah kegelapan dan bayang-bayang maut. Sampai di tempat itu Yesus pergi, yaitu di dalam kematian. Yesus mengalami kematian. Padahal kematian itu lawan kehidupan. Kematian adalah keadaan yang terpisah dari Allah. Allah adalah kehidupan, sedangkan kematian adalah lawan kehiduan itu.

Makna Jumat Agung dilukiskan dalam Kidung Filipi 2: 3 – 11. Yesus Kristus yang walaupun dalam rupa Allah, Ia tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Ia telah menjadi manusia – kemudian menjadi manusia yang hina sebagai hamba – lalu menjadi hamba yang menderita sengsara – menderita sengsara saja bukan sembarang sengsara seperti sakit atau apa, melainkan memanggul salib – dan akhirnya mati di kayu salib. Paulus menggunakan kata kenosis atau pengosongan diri Yesus. Sehingga apa yang dikatakan oleh Yesus dibenarkan atau disahkan atau dimeteraikan oleh tindakan-Nya sendiri. Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkan nyawanya.

Sabtu Suci: adalah saat Yesus berada di dalam makam. Hari sabtu suci adalah satu-satunya hari dalam setahun bahwa tidak ada Misa atau Perayaan Ekaristi. Sabtu Suci adalah hari nyepi total di mana semua orang kristiani hendaknya menyepi dan bersemadi untuk menyatu dengan Yesus yang sedang mati dan berada di dalam makam. Yesus benar-benar berada di dalam dunia orang mati. Yesus turun ke dunia orang mati. Yesus menemui mereka semua yang berada di dalam dunia orang mati. Dia turun ke tempat penantian yaitu ke tempat semua orwah orang beriman sejak zaman bapa Abraham menantikan saat penyelamatan dari Sang Penebus atau Mesias, Putera Allah. Sekarang Putera Allah itu mati, turun ke dunia orang mati, menjadi sama dengan mereka dan menjumpai mereka. Semua saudara kita yang sudah mati ada bersama dengan Yesus, sama seperti kita semua yang hidup di dunia ini ada bersama Yesus dalam Sakramen Ekaristi. Yesus hadir di dalam Ekaristi dan kita bersatu dengan-Nya dalam Ekaristi.

Minggu Paskah adalah Hari yang dibuat oleh Allah: Haec dies quam fecit Dominus. Para murid Yesus pun tidak ada yang berfikir tentang kebangkitan. Mereka sudah pulang kampung dan menjala ikan lagi sebagai nelayan. Para wanita yang pergi ke makampun hanya bermaksud membawa rempah-rempah untuk mengurapi jenasah Yesus yang belum sempat dilakukan, karena Jenasah Yesus cepat-cepat diturunkan dari salib pada hari Jumat petang dan dimakamkan karena hari persiapan Paskah Yahudi pada hari Sabbat.

Jadi Paskah itu adalah tindakan Allah bagi kita; kita manusia bercorak pasif terhadap paskah: hanya menerima dan mengalami. Allah adalah pihak yang aktif, kreatif, proaktif dan provokatif untuk membuat manusia menyadari dan percaya apa yang terjadi pada hari minggu pagi, fajar merekah hari Paskah itu. Kisah paskah dalam Injil-injil adalah berita yang membingungkan, berita yang simpang siur, berita yang mengejutkan dan menghebohkan. Mereka saling bertanya dan mencari konfirmasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kalau waktu itu suah ada HP, pastilah sms beseliweran untuk mencari kepastian: apa sebenarnya yang sedang terjadi? Dua murid dari Emaus itu malah mengatakan: Yesus yang kami harapkan menjadi penyelamat Israel itu sudah mati. Lalu ada berita dari mulut perempuan-perempuan (yang tidak bisa dipercaya) yang pergi ke makam, bahkan katanya Jenasahnya tidak ada di dalam makam. Katanya Yesus bangkit atau jenasahnya dicuri orang dan belum ditemukan. Dan kini sudah tiga hari dari semuanya itu, maka kami pulang kampung saja ke Emaus, karena sudah tidak ada harapan. Padahal Yesus yang bangkit itu sendiri yang mendengarkan keluh kesah dua murid ke Emaus itu. Akhirnya mata mereka terbuka ketika Yesus memecahkan roti di rumah mereka.

Sebenarnya: Jumat Agung – Sabtu Suci – Minggu Paskah itu tidak persis tiga hari seperti kalender kita. Peristiwa itu terjadi hampir serentak. Yesus mati hari Jumat Agung jam 3 sore dan Dia dimakamkan cepat-cepat karena hari sudah mulai gelap. Hari gelap itu sebenarnya sudah memasuki hari Sabtu Suci. Demikian pula ketika hari Sabtu sudah petang, maka untuk orang Yahudi sudah berganti hari berikutnya. Perpindahan hari dihayati karena matahari terbenam, bukan karena jam 24.00 tengah malam seperti orang modern. Maka Perayaan Malam Paskah benar-benar perayaan malam Suci Kebangkitan Tuhan Yesus di mana umat menyanyikan lagu Exultet: Pujian Paskah: Bersoraklah Nyanyikan lagu gembira, bagi Kristus yang menebus kita...

(Saya tulis renungan ini di biara PBHK Purworejo tempat 10 Suster PBHK yunior sedang menyiapkan diri untuk kaul kekal. Semoga mereka semua bahagia dan bersemangat mewarkatan Injil Sukacita (Evangelii Gaudium) seperti diharapkan ole Paus Fransiskus. Kemarin sore saya ikut misa Kristmatis di Katedral Purwokerto dengan banyak Imam yang menurut Bapak Uskup, jumlah terbanyak selama Mgr. Sunarka SJ menjadi uskup Purwokerto)

Salamat Paskah
Sujoko msc


Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

No comments: