4:1-11; Kej 2:7-9 dan 3:1-7
05 Februari 2008 08:47
Rekan-rekan yang budiman!
Karena Injil Minggu Prapaskah kali ini akan diuraikan dengan panjang lebar
oleh Matt sendiri, maka catatan berikut hanya menyangkut bacaan pertama,
yakni Kej 2:7-9 dan 3:1-7. Disebutkan pada bagian awal bagaimana Tuhan
membentuk manusia dari "debu tanah", yakni bahan yang ujudnya
gumpalan-gumpalan berserakan belaka. Inilah cara Alkitab menggambarkan sisi
ringkih dari manusia. Namun sentuhan-sentuhan tangan ilahi memberinya
bentuk. Begitu pula, hembusan nafas hidup dariNya menjadikannya makhluk yang
hidup. Ini bukan hanya cerita melainkan penegasan iman yang berani. Bila
tetap bersentuhan dengan Yang Mahakuasa dan membiarkan diri dihidupi
olehNya, maka serapuh dan seringkih apapun manusia akan se-nafas denganNya.
Karena itu manusia juga memiliki tempat kehidupan yang membahagiakan di
firdaus. Tetapi, seperti dikisahkan dalam bagian kedua, manusia akhirnya
menjauh dari padaNya karena terpukau ajakan sang nakhasy (kata Ibrani bagi
'ular'), yakni tarikan-tarikan kekuatan jahat yang memakai ujud seperti
manusia, bisa bicara, bisa meyakin-yakinkan, tetapi yang melilit dan
akhirnya melumpuhkan.
Kisah memakan buah larangan tentu sudah lazim dikenal. Buah itu, bila
dimakan, menurut sang nakhasy, akan membuat manusia terbuka matanya dan tahu
tentang "yang baik dan yang jahat" , artinya jadi mahatahu seperti sang
Pencipta sendiri. Tetapi baiklah kita jeli menafsirkan hal ini dan tidak
segera menghukum dorongan ingin tahu sebagai kesombongan manusia di hadapan
Tuhan. Tak ada jeleknya kan ingin mengetahui apa saja. Bahkan bukankah ini
ciri hakiki manusia? Coba kita ingat, manusia ditegaskan sebagai makhluk
yang se-nafas dengan Dia Juga diceritakan dalam kisah firdaus yang tidak
ikut dibacakan hari ini, bagaimana manusia dipimpin Pencipta untuk memberi
nama kepada semua makhluk hidup yang diciptakanNya (Kej 2:19-20). Begitu
maka ia diberi kemampuan mengetahui apa saja yang bisa diketahui. Bukan di
situ letak permasalahan dan kendala manusia. Memang dalam kisah kejatuhan
manusia ini ditandaskan pula bahwa keinginan tahu akan segala sesuatu itu
tidak tercapai dan mereka tidak menjadi seperti Tuhan sendiri. Yang
diperoleh hanyalah kesadaran mengenai keadaan diri sendiri: telanjang (Kej
3:7). Begitu maka manusia menyadari keterpisahannya dengan Yang Ilahi.
Yang membuat manusia menjauh adalah ketidaksetiaan terhadap pesan agar tidak
memakan buah pengetahuan baik dan jahat yang bisa mematikan (Kej 2:17). Bila
dibaca ulang, akan menjadi jelas bahwa bukan larangannyalah yang ditekankan,
melainkan pesan agar menjaga kehidupan yang dihembuskan ke dalam diri
manusia. Manusia diminta agar memelihara keadaan se-nafas denganNya. Tapi
gagal.
Setelah makan buah larangan, memang manusia menyadari keadaan diri sendiri,
tetapi mengapa tidak langsung mati seperti terungkap dalam larangan tadi?
Bisa dijelaskan bahwa maksudnya ialah manusia menjadi makhluk yang mengalami
kematian, seperti kenyataannya. Akan tetapi bisa dilihat sisi lain dari
kejadian ini. Memang sebenarnya kematian akan langsung terjadi pada saat
manusia melanggar pesan tadi dan hanya kemurahan Tuhan sendirilah yang
mengurungkan kematian langsung itu. Ini kiranya warta yang tersirat dalam
kisah di atas. Semakin didalami, semakin terang bahwa kisah ini bukannya
berpusat pada hukuman melainkan pada kerahimanNya. Memang manusia kini
mengalami jerih payahnya menjaga nafas hidup yang diberikan Pencipta. Tetapi
ia tetap disertainya dalam pelbagai cara. Dan hanya dengan demikianlah bisa
dimengerti betapa keramatnya pesan menjaga kehidupan tadi. Dalam Injil kali
ini oleh Matt akan ditampilkan seorang manusia yang mampu berteguh
menghayati pesan ilahi menjalani kehidupan yang berasal dari padaNya seperti
apa adanya. Tetapi baiklah kita dengarkan uraian Matt sendiri berikut ini.
Selamat menikmatinya! A. Gianto
___________________________________________________________________
Kawan-kawan sekalian!
Dengar-dengar pada hari Minggu pertama masa puasa sebelum paskah tahun ini
dibacakan kisah Yesus dicobai di padang gurun. Tahun lalu dari versi Luc,
tahun depan tentunya dari Mark. Saya dan Luc (Luk 4:1-13) mengolah kembali
catatan Mark (Mrk 1:12-13) dengan menyertakan bahan mengenai pembicaraan
Yesus dengan penggodanya yang belum tersedia ketika Mark menulis.
Seluk-beluk selanjutnya tanya Gus; ia gemar menduga-duga maksud kami. Tapi
ia malah minta saya menjelaskan sendiri, "biar rada otentik" bujuknya.
Sebelum menulis Mat 4:1-11, saya sudah dengar dari Mark bahwa Yesus dibawa
Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis selama 40 hari. Maksudnya, Yesus
dibawa Roh sampai ke tempat itu dan tetap disertai olehNya di sana selama
itu. Luc memperjelas dengan mengatakan Yesus dibimbing Roh "di" padang
gurun. Jadi Yesus tidak ditinggalkan Roh yang turun ke atasnya pada waktu
menerima baptisan (Mrk 1:10 Mat 3:16 Luk 3:22). Catatan Oom Hans malah
menyebut Yohanes Pembaptis melihat Roh turun dari langit dan tinggal di atas
Yesus (Yoh 1:32). Tolong ini diingat bila kalian menguraikan teks kami.
Tak usah kisah itu ditafsirkan sebagai kisah tentang orang yang luar biasa
laku tapanya sehingga mampu mengalahkan godaan sebesar apapun seperti yang
digambarkan dalam kakawin Arjunawiwaha, mahakarya sastra Jawa Kuno itu. Kami
tidak ada maksud menampilkan Yesus sebagai manusia sakti atau petapa
digdaya, ksatria suci yang siap menempur si angkara murka Niwatakawaca,
bukan pula sebagai manusia teladan yang dijadikan ideal. Tujuan kami
berbeda. Yesus kami wartakan sebagai manusia yang disertai Roh, bukan agar
dikagumi dan dicontoh, melainkan agar diikuti. Dia itu yang diutus Yang
Mahakuasa kepada semua orang untuk membawa kita semua kembali ke diri kita
yang sejati.
Ada tiga godaan. Yang pertama yakni mau mengurus semuanya sendiri sehingga
tak ada kesempatan mendengarkan isyarat-isyarat ilahi. Akhirnya Yang Ilahi
tak masuk dalam pola bertingkahlaku. Mau merebut yang termasuk wilayah Sana.
Ini godaan besar. Kami mengatakannya dengan memakai lambang dari dunia orang
Yahudi. Yesus lapar dan digoda agar mengubah batu jadi roti. Ingat kisah
umat pilihan yang kelaparan dan kehausan di padang gurun dulu dan mulai
menyangsikan Tuhan, mereka datang ke Musa minta mukjizat (Kel 17:1-7). Ini
namanya mencobai Tuhan. Mukjizat akhirnya terjadi, tapi mukjizat yang
diminta dengan paksa itu cuma menepis rasa haus, tidak memuaskan batin.
Yesus tidak memaksa batu jadi makanan, seperti dulu Musa yang terpaksa
membuat padas kersang memancarkan air segar. Memang Yesus lapar, tapi ia
tidak menukar kesertaan Roh dengan makanan. Ia tetap Anak Allah, maksudnya,
orang yang amat dekat denganNya sampai dapat membiarkanNya sendiri terlihat.
Ia anak Allah bukan dalam arti yang hendak diisikan oleh penggoda: pembuat
mukjizat untuk diri sendiri. Yesus yang disertai Roh itu bersedia hidup dari
sabda ilahi yang menyebutnya "anak terkasih" yang diperdengarkan pada saat
ia dibaptis.
Godaan kedua lebih berat. Menjatuhkan diri dari puncak Bait Allah agar Allah
mau tak mau menyelamatkan. Jadi memaksaNya bikin mukjizat! Apakah Ia
membiarkannya binasa terbanting? Dan malaikat-malaikat akan berpangku tangan
nonton saja? Kan tertulis dalam Mzm 91:11-12 bahwa Allah akan menyuruh
malaikat-malaikat menadahi kakinya agar tak terantuk batu, begitulah bisikan
Iblis. Ia juga mahir memakai Kitab Suci dan menafsirkannya bagi tujuan
sendiri. Tetapi Roh menjernihkan budi Yesus sehingga ia tetap melihat
kedudukan dirinya sebagai Anak Allah sejati. Tidak mau mencobai Dia. Roh
juga mengarahkan ingatan pada ayat suci Ul 6:16 yang melarang orang
membiarkan diri dikuasai perasaan ragu akan Yang Mahakuasa. Jadi, tak usah
gentar pada Iblis, ada Roh yang menyertai kalian. Biarkan Roh menjernihkan
kembali tafsir yang dikisruhkan Iblis.
Godaan ketiga makin gencar. Yesus ditawari kekuasaan atas seluruh dunia
beserta kemegahannya. Syaratnya, sujud menyembah Iblis. Semakin dipikir
semakin mengerikan. Iblis bisa menawarkan dunia dan kemegahannya. Berarti
semuanya bisa dialihmilikkan begitu saja oleh Iblis! Dan kalian hidup di
dunia yang begitu itu. Untunglah ini baru wacana, belum kejadian yang nyata.
Baru menjadi nyata kalau Yesus menurutinya. Syukur tidak. Roh tetap
menyertainya dalam berteguh pada pilihannya. Karena itu penggoda kehabisan
akal dan tersingkir oleh daya Roh.
Nanti Yesus menjadi Kristus Raja Alam Semesta seperti kalian tahu. Tapi ini
terjadi karena ia tetap meniti jalan ilahi, tidak mengikuti lorong satani.
Ia tidak mendahului langkah-langkah Roh.
Dalam semua godaan itu Yesus berpegang pada ayat-ayat suci, semuanya dari
Kitab Ulangan. (Ay. 4 = Ul 8:3; ay. 7 = Ul 6:16; ay. 10 = Ul 6:13.) Apa
intinya? Seruan untuk mementingkan Dia Yang Mahatinggi itu. Tiga ayat suci
itu memberi ruang bagi sabda yang datang dari Dia, bagi kesungguhanNya
melindungi, bagi kebesaranNya.
Mau mengenali si penggoda dari dekat? Dalam petikan yang kalian bacakan itu
ia tampil sebagai "diabolos" (= Iblis, ay. 1, 5, 8, 11), "peirazoon" (=
pembujuk, ay. 3), dan "satana" (= setan, ay. 10). Yang ketiga ini bahkan
diucapkan oleh Yesus sendiri. Sayang dalam terjemahan LAI, kata "setan"
dalam ay. 10 itu cuma dialihkan jadi "Iblis" - kata yang sudah beberapa kali
dipakai. Yesus kan menggertak, "Enyahlah, Setan!" Hardikan ini terdengar
sekali lagi dalam kesempatan lain, lihat di bawah.
Penggoda tampil pertama-tama sebagai "Iblis", Yunaninya "diabolos". Menurut
arti kata itu, pekerjaannya ialah memecah belah pikiran dan membuat hati
bercabang. Ia mau menduakan perhatian Yesus yang sepenuhnya terarah kepada
Bapanya. Iblis mau membuatnya berorientasi pada dia juga. Perhatikan yang
dikatakan dalam ay. 8 ketika Iblis menawari Yesus kekuasaan akan dunia dan
kemegahannya. Ia tidak meminta Yesus meninggalkan Yang Mahakuasa. Iblis cuma
ingin agar dirinya ikut diakui oleh Yesus. Itu cukup. Jadi inti godaannya
ialah menyisihkan sedikit tempat bagi Iblis dengan imbalan seluruh isi dunia
dan kebesarannya. Pemikirannya begini: ah, Yang Mahakuasa kan sudah punya
apa saja, kalau kita ada simpanan rahasia sedikit tak apa kan? Apalagi kalau
sedang tak beres hubungan dengan Dia, ke mana kita ngumpet?
Tetapi Yesus mengusir Iblis dan menghardiknya sebagai "setan". Kalian ingat
peristiwa pemberitahuan pertama mengenai penderitaan Yesus? Langsung Petrus
berusaha mencegah agar Yesus tidak terus berjalan ke arah penderitaan itu.
Yesus berpaling dan mengucapkan (Mat 16:23 Mrk 8:33) "Enyahlah setan!"
seperti ketika menggertak penggoda tadi. Petrus mau menduakan perhatian
Yesus. Lihat betapa lembutnya godaan itu. Setan pintar menabur benih
perseteruan di dalam batin manusia sendiri. Ia menuduh-nuduh apa cara
hidupmu ini benar, apa yang ini yang terbaik, kok ndak gini saja, dst. Ia
membimbangkan, ia membuat orang jadi ragu-ragu. Ia itu bisa terasa amat
dekat, bahkan kayak orang kepercayaan. Dalam Injil, setan itu bukan jejadian
yang membikin bulu kuduk berdiri kayak yang disuguhkan tontonan horor di TV
kalian. Ia punya wajah kalem tapi diam-diam menjerumuskan ke jalan buntu.
Heran bahwa hardikan keras kepada Petrus di atas tidak ikut disebut Luc?
Tapi kawan kita ini kiranya mau menyampaikannya dengan cara lain. Segera
setelah pemberitahuan pertama mengenai sengsara (Luk 9:22), Luc mengutipkan
beberapa ajaran tegas Yesus tentang arti mengikutinya..., baca Luk 9:23-27.
Seluk-beluknya tanya sama Luc sendiri, atau minta Gus njelasin.
Bagaimana membeda-bedakan yang benar dari yang tipuan? Sendirian kita tak
bisa. Hanya dengan bantuan Roh kita akan mendapati jalan kebenaran. Tak bisa
dengan kekuatan sendiri saja. Tak mungkin dengan keberanian belaka. Tak
cukup dengan laku tapa dan askesis melulu. Bahkan berkutat menjalani retret
Ignatian sebulan tak akan membekali kalau dalam waktu itu belum bisa belajar
membiarkan diri disertai Roh.
Memang tak gampang mengenali "pembujuk", Yunaninya "peirazoon" dan maknanya
"dia yang berusaha meyakin-yakinkan dengan niat menipu dan menjatuhkan".
Orang dulu paling takut pada cobaan seperti ini. Pasti kalah. Pada akhir doa
Bapa Kami yang diajarkan Yesus dan diteruskan Luc secara apa adanya (Luk
11:4) itu ada permohonan, "Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan".
Untuk menjelaskan lebih lanjut, saya perluas rumusannya dengan "tapi
bebaskanlah kami dari yang jahat"(Mat 6:13). Godaan itu alam yang jahat yang
amat mengerikan. Manusia tak bisa melawan. Satu-satunya yang bisa dilakukan
ialah minta Bapa melepaskan dari kuasa jahat itu. Dan Ia menjalankannya
dengan kekuatan yang datang dariNya sendiri, yakni Roh. Ingat juga, nanti di
Getsemani Yesus tergoda untuk ambil jalan lain, tapi ia tetap mendekatkan
diri kepada Bapanya (Mrk 14:36 Mat 26:39 Luk 22:42).
Begitulah di padang gurun Yesus berjumpa dengan "diabolos", Iblis pemecah
belah, bertemu "peirazoon", pembujuk yang menyebar benih permusuhan, dan
bertatap muka dengan "setan" yang mau menyeretnya ke jalan sesat. Yesus
berhasil keluar dari padang gurun karena ia tetap disertai Roh. Tokoh utama
dalam kisah di padang gurun itu Roh sendiri! Kalian amati gerak geriknya
ketika menyertai Yesus dan ambillah hikmatnya!
Bagaimana kita tahu kita didampingi Roh? Bila kita ikuti jalan Yesus, bila
tidak kita sangsikan kesungguhan Yang Mahakuasa, dan bila kita membiarkan
diri dituntun kekuatan dari atas untuk mengerti kebesaran ilahi yang
sesungguhnya. Semoga kalian tetap didampingi Roh!
Matt
No comments:
Post a Comment